News Update :

Visitors

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Trending Post

Copy right 2018. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Cabang-Cabang Geografi dan Ilmu Penunjang

Penulis : Ariz ghirzankz on Senin, 24 Desember 2012 | Senin, Desember 24, 2012

Senin, 24 Desember 2012


1. Geografi Fisik

Geografi fisik mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala proses dan dinamikanya. Penekanan geografi fisik adalah gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi tempat hidup manusia.
Kajian geografi fisik ditunjang oleh kajian Geologi, Geomorfologi, Ilmu Tanah, Meteorologi, Klimatologi dan Oseanografi.

Geologi mempelajari tentang bagaimana bumi terbentuk dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Geomorfologi mempelajari bentuk permukaan lahan dan sejarah pembentukanya.
Ilmu Tanah mempelajari sifat-sifat fisik tanah dan segala seluk beluk mengenai jenis tanah yang terdapat di alam.
Meteorologi dan Klimatologi mempelajari gejala cuaca dan iklim yang terjadi di alam.
Oseanografi mempelajari tentang seluk beluk kelautan seperti sifat- sifat salinitas, arus laut, sedimen kelautan.

Di dalam telaahan geografi fisik senantiasa menekankan kepada keterkaitan dengan kepentingan hidup manusia. Cabang-cabang geografi fisik antara lain geografi tanah, geografi tumbuhan dan geografi hewan.

2. Geografi Manusia

Geografi manusia merupakan cabang geografi yang mempelajari tentang aspek keruangan yang dijadikan sebagai tempat terjadinya aktivitas manusia. Geografi manusia terbagi menjadi beberapa cabang yaitu geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, dan geografi sosial.
Geografi manusia disebut juga dengan istilah geografi sosial mayor. Adapun geografi sosial yang cabangnya terdiri atas kajian geografi manusia disebut geografi sosial minor.

Terdapat perbedaan mendasar di antara geografi manusia dengan geografi sosial minor dalam keluasan pembahasannya. Kajian dalam geografi manusia ditunjang oleh ilmu politik, ekonomi, dan sosiologi. Selain ilmu-ilmu penunjang yang telah disebutkan, dalam geografi dikenal dengan teknik penunjang untuk melakukan analisisnya. Teknik penunjang tersebut antara lain mencakup kartografi yaitu ilmu tentang perpetaan, penginderaan jauh (ilmu tentang pemantauan jarak jauh objek-objek geografis) dan sistem informasi geografis yaitu ilmu tentang analisis fenomena-fenomena geografis dan nongeografis terhadap suatu
wilayah dan peruntukannya.

3. Ilmu Penunjang Geografi

Agar dapat menjelaskan setiap fenomena dengan baik, geografi memerlukan ilmu-ilmu penunjang dalam menjelaskan gejala yang bersifat fisikal, seperti Geologi (ilmu yang mempelajari batuan), Geomorfologi
(ilmu yang mempelajari bentuk lahan), ilmu tanah (ilmu yang mempelajari tanah), Klimatologi dan Meteorologi (ilmu yang mempelajari iklim dan cuaca), Hidrologi (ilmu yang mempelajari air daratan), Oseanografi (ilmu yang mempelajari lautan), dan Biologi (ilmu yang mempelajari makhluk hidup).

Dalam menjelaskan gejala manusia, geografi ditunjang oleh Sosiologi (ilmu yang mempelajari interaksi manusia), Ekonomi (ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas), Antropologi (ilmu yang mempelajari umat manusia secara fisik dan budaya), dan Sejarah (ilmu yang mempelajari peristiwa berdasarkan dari urutan waktu.

Geografi berada pada posisi sentral di dalam sistem pengetahuan karena berada dalam dua bagian ilmu. Di satu pihak mempelajari hal-hal yang bersifat fisik, dan di lain pihak mempelajari hal-hal yang bersifat sosial. Dengan demikian, tampak dengan jelas bahwa geografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari ilmu penunjang lainnya.

4. Cabang-Cabang Geografi

Berdasarkan bidang kajiannya, geografi terbagi atas tiga cabang ilmu, yaitu sebagai berikut.

a. Geografi Fisik

Geografi fisik mempelajari bentang lahan (landscape), yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh adanya interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Perhatian utama geografi fisik adalah lapisan hidup (life layer) dari lingkungan fisik, yaitu zona tipis dari daratan dan lautan yang di dalamnya terdapat sebagian besar fenomena kehidupan

Adapun ilmu-ilmu yang menunjang geografi fisik adalah sebagai berikut.

Meteorologi dan Klimatologi, adalah ilmu yang mempelajari gejala cuaca dan iklim di atmosfer.
Oseanografi seanografi, adalah ilmu pengetahuan dan studi eksplorasi mengenai lautan serta semua aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek-aspek tersebut, seperti sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dan atmosfer, pergerakan air laut, serta tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Hidrologi dan Hidrografi, Hidrologi mempelajari gerakan dan distribusi air di bumi. Adapun Hidrografi adalah suatu cabang ilmu geografi fisik yang berhubungan dengan penelitian dan pemetaan air di permukaan bumi.
Geologi dan Geomorfologi, Geologi menjelaskan bagaimana bumi terbentuk dan bagaimana bumi berubah dari waktu ke waktu. Adapun Geomorfologi mempelajari bentuk permukaan lahan dan sejarah pembentukannya.
Ilmu Tanah dan Geografi Tanah, Ilmu Tanah adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk atau sifat-sifat tanah. Adapun Geografi Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang tanah, seperti sifat, genesis, penyebaran, dan penerapannya terhadap kehidupan manusia.
Biologi dan Biogeografi, Biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dunia tumbuhan dan hewan. Adapun Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran organisme dalam ruang dan waktu, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, atau menentukan pola penyebaran jarak.


b. Geografi Manusia

Geografi manusia mempelajari manusia dalam ruang termasuk di dalamnya jumlah penduduk, penyebaran penduduk, dinamika penduduk, aktivitas ekonomi, politik, sosial, dan budayanya. Cabang geografi manusia, di antaranya sebagai berikut.

Ilmu Ekonomi dan Geografi Ekonomi, Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk mencapai kemakmuran, gejala-gejalanya, dan hubungan timbal balik dari usaha tersebut. Adapun Geografi Ekonomi membahas bagaimana usaha manusia mengeksploitasi sumber daya alam, menghasilkan barang dagangan, pola lokasi, dan persebaran dari suatu kegiatan industri.
Ilmu Politik dan Geografi Politik, Politik adalah kegiatan pada suatu negara yang berhubungan dengan proses menentukan tujuan-tujuan yang telah dipilih suatu negara dalam rangka menggapai tujuan yang akan dicapai oleh negara tersebut. Adapun Geografi politik mempelajari unit-unit politik, wilayah, perbatasan, serta ibu kota suatu region dengan unsur-unsur kekuatan nasional dan politik internasional.
Demografi dan Geografi Penduduk, Demografi adalah ilmu yang mempelajari keadaan dan dinamika perubahan-perubahan penduduk. Adapun Geografi Penduduk adalah cabang disiplin ilmu geografi yang mengemukakan variasi-variasi kualitas ruang dalam demografi dan nondemografi dari penduduk. Selain itu, Geografi Penduduk mempelajari konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi yang berasal dari rangkaian interaksi dengan suatu rangkaian khusus dari kondisi-kondisi yang terdapat di dalamnya diberikan oleh unit atau suatu daerah.


c. Geografi Teknik

Geografi Teknik mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara, dan citra hasil penginderaan jauh. Cabang ilmu Geografi Teknik yaitu sebagai berikut.

Kartografi, adalah ilmu dan seni membuat peta. Peta dibuat dengan menggunakan hasil-hasil pengukuran dan pengumpulan data dari berbagai unsur dipermukaan bumi yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, dan kartograf.
Penginderaan Jauh, adalah ilmu dan seni yang menghasilkan informasi mengenai objek, daerah, atau gejala. Dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat. Tanpa adanya kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Sistem Informasi Geografis, adalah sistem informasi berbasis komputer dimana dapat menyimpan, mengelola, memproses, menganalisis data geografis maupun nongeografis, serta menyediakan informasi dan grafis secara terpadu.

Dalam menelaah setiap gejala di permukaan bumi, geografi tidak mengklasifikasikan aspek fisik dan manusia, tetapi selalu memadukan keduanya. Aspek fisik dan manusia ditelaah secara terintegrasi. Perpaduan antara geografi fisik dan geografi manusia secara faktual di lapangan meng- hasilkan kajian geografi regional. Regional adalah bagian-bagian dari geosfer yang ditelaah dengan menggunakan pendekatan geografi sehingga regional merupakan dari ilmu geografi.

Geologi, geomorfologi, ilmu tanah, klimatologi, dan meteorologi merupakan ilmu yang menganalisis ruang lingkup kebumian secara murni tanpa diintegrasikan dengan kehidupan manusia. Demikian pula ilmu politik, sosiologi, ekonomi, dan demografi mempelajari manusia secara murni. Adapun geografi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dan kebumian secara terpadu dan terintegrasi.
Contohnya dalam mempelajari penduduk. Demografi membahas tentang jumlah, pertumbuhan, kepadatan, dan penyebaran penduduk. Geografi mempelajari jumlah, pertumbuhan, dan penyebaran penduduk dalam kaitannya dengan aspek fisikal, seperti mengapa di daerah dataran rendah penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan daerah pegunungan.

Kemudian mengapa penduduk di daerah dataran rendah cenderung menyebar secara merata, sedangkan di pegunungan mengelompok, mengapa pertumbuhan penduduk di suatu wilayah tinggi atau rendah, faktor fisik dan sosial budaya apa yang berpengaruh terhadap fenomena tersebut.

Contoh lain dalam mempelajari pertanian, ahli agronomi mempelajari cara bercocok tanam. Ahli ekonomi mempelajari biaya produksi, pengelolaan, dan pemasaran. Adapun ahli geografi mempelajari lokasi berbagai jenis usaha pertanian di permukaan bumi, bagaimana keterkaitannya antara aspek fisik, seperti iklim, kemiringan lereng, ketinggian, tata air, dan aspek sosial, seperti cara bertani, penerapan teknologi, modal, pemilikan lahan, kebijakan pemerintah, dan adat istiadat dalam bentuk bercocok tanam.
komentar | | Read More...

CABANG KAJIAN FILSAFAT; PROBLEM KEMANUSIAAN

CABANG KAJIAN FILSAFAT; PROBLEM KEMANUSIAAN
Persoalan kefilsafatan merupakan persoalan yang terkait dengan manusia sebagai subjek, dalam hal ini: anggapan- anggapannya, proses pemikirannya, pengetahuannya, termasuk ungkapan- ungkapannya dari apa yang disebut sebagai pengetahuan itu.

Dalam banyak literature disebutkan bahwa filsafat itu terdiri dari tiga cabang, yaitu Metafisika, Epistemologi, dan Aksiologi. Tiga cabang besar ini masih dibagi lagi dalam beberapa cabang yakni Metafisika (Teologi, Kosmologi, Antropologi), Epistemologi (Logika, Filsafat Ilmu), dan Aksiologi (Etika Estetika).

Cabang- cabang filsafat ini menunjukkan variasi objek kajian filsafat sekaligus merupakan wilayah perenungan yang menarik.

A. Metafisika
Metafisika merupakan cabang tertua dari filsafat. Kelahirannya diawali oleh suatu ketertarikan untuk mengungkap “misteri” dibalik realitas ini. Secara istilah metefisika diambila dari kata meta yang berarti di balik dan fisika yang berarti alam fisik (dzahir), yang dalam bahasa arab dimengerti sebagai ma wara’a al- thabi’ah (apa yang ada di balik yang fisik). Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif filosofis tentang realitas, di mana pengetahuan spekulatif filosofis itu dimaksudkan sebagai menjangkau sesuatu di balik yang fisik.

Plato membagi dunia menjadi dua, yaitu dunia intelegible sebagai dunia hakiki dan dunia sensible sebagai dunia yang nyata yang sifatnya sementara dan tidak hakiki. Ada juga yang menyatakan bahwa sesuatu yang dimaksud dengan sesuatu dibalik yang fisik tidak lain merupakan “alam pikiran” manusia tentang alam suatu alam yang dianggap sebagai “alam itu” alam pikiran yang demikian inilah yang disebut metafisika. Pandangan ini dikemukakan oleh Aristoteles.
Kant juga berpendapat bahwa dengan akalnya, manusia tidak mungkin dapat mengetahui “ada”nya alam itu, serta dapat menjadikannya sebagai pengetahuan. Bagi kant, masih lebih mungkin mempelajari batas- batas kemampuan rasio manusia dari pada mempelajari alam yang benar- benar lain itu.

Filsuf August Comte membagi sejarah pemikiran manusia kedalam tiga tahap, yaitu mitologi, metafisik, dan positif. Karenanya, filsafat Comte disebut positivisme. Pada zamannya, Comte menyatakan, saat ini manusia memasuki peradaban positif. Maka seiring dengan temuan- temuan dibidang fisika, seluruh sendi- sendi pengetahuan metafisik mulai dikritik dan ditinggalkan. Dalam perkembangannya, peradaban positif ini melahirkan peradaban modern di Barat dan di beberapa belahan dunia yang terhegemoni oleh barat.

Setelah lama ditinggalkan, kajian metafisika mulai diminati kembali, kesadaran kemanusiaan atas apa sebenarnya “makna hidup”, bahkan kesadaran kosmologis atas kerusakan alam sebagai akibat pola hidup modern. Seiring dengan perkembangan tersebut, apa yang dimaksud “realitas” oleh metafisika. Kemudian diberi pengertian yang lebih spesifik. Misalnya; “metafisika kesehatan” kajian ini dimaksud untuk mengungkap hakikat sehat; apa sebenarnya yang dimaksud dengan hidup yang “sehat” itu; apa criteria seseorang disebut sehat/ sakit; dimanakah sebenarnya “sumber” sakit itu; jasmani atau rohani, dan seterusnya.

Dari pemahaman sederhana ini, bisa dikatakan bahwa dewasa ini metafisika telah tampil dengan objek kajian yang lebih spesifik, meski tetap pada dasarnya, yaitu hanya melihat apa yang ada dibalik yang fisik.

B. Epistemologi
Pemikiran metafisika sejak zaman klasik hingga abad pertengahan, telah mendorong filsuf Rene Descartes (1596- 1650) untuk memikirkan; “bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan?” “ bagaimana cara filsuf itu sampai pada kesimpulannya ?” pertanyaan inilah yang kemudian disebut dengan persoalan epistemologis.
Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan dan logos yang berarati ilmu, maka epistemology adalah ilmu tentang pengetahuan. Atau filsafat pengetahuan (philosophy of knowledge) atau teori pengetahuan (theory of knowledge).

Secara umum bidang ini mengkaji tiga persoalan pokok, dan ini sekaligus merupakan objek formal dari epistemology, yaitu; a. apakah sumber- sumber pengetahuan itu ? dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana mengetahuinya ? b. apakah sifat dasar pengetahuan itu ? c. apakah ukurannya bahwa pengetahuan itu valid ?.

Rasionalisme yang berasal dari buah pemikiran Descartes adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetetahuan yang sejati adalah akal budi. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan akal budi. Metode ini bersifat deduktif.

Kemudian aliran ini mendapat reaksi dari aliran filsafat empirisisme Hume dkk yang menyatakan bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Akal budi bukan sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan- bahan yang diperoleh dari pengalaman menjadi pengetahuan, metode ini bersifat induktif.

Kedua aliran ini didamaikan oleh Immanuel Kant dengan kritisismenya melihat dan memposisikan sarana rasio dan pengalaman dalam proses pengetahuan menusia. Meski demikian bukan berarti problem epistemology sudah berakhir, karena masih banyak dari para filsuf lain yang tertarik pada bidang ini, missal August Comte dengan positivismenya, Edmun Huserl dengan fenomenologinya, Francis Bacon dengan Novum Organom sebagai pengganti organon Aristoteles yang menjadi dasar perkembangan ilmu- ilmu fisika alam.

Dari sinilah , Bacon disebut sebagai seorang perintis filsafat ilmu, selanjutnya kajian filsafat ilmu semakin mengalami perkembangan sedemikian besar sejak lahirnya suatu kelompok kajian yang disebut “lingkaran wina” di Austria. Hingga pada akhirnya diikuti oleh filsuf- filsuf lain. Seperti Karl R. Popper, Thomas, Khun, dll.

Harus diakui bahwa baik epistemology maupun filsafat ilmu, memilki sejarahnya masing- masing. Namun bisa dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan perkembangan lebih jauh dari epistemology.

C. Aksiologi
Aksiologi merupakan salah satu cabang yang menyelidiki hakikat nilai, makanya disebut juga teori nilai. Ada tiga pendapat tentang hakikat nilai, pertama, pandangan yang menyatakan bahwa ‘nilai’ itu bersifat subjektif. Nilai sesuatu sangat bergantung oleh sejauh mana manusia memberikan penilaian kepada sesuatu itu.

Kedua,melihat bahwa nilai merupakan kenyataan yang terbebas dari “ruang” dan ‘waktu’. Nilai sesuatu itu ada pada dirinya sendiri. Ketiga, pandangan yang menyatakan bahwa ‘nilai’ itu bukan karena ada penglihatan manusia, juga bukan ‘ada’pada dirinya sendiri, tetapi didasarkan pada asumsi- asumsi metafisik, atau bahkan pemberitahuan dan keyakinan metafisik.

Suatu objek tertentu disebut bernilai atau tidak, hanya karena adanya ‘sentuhan’ antara objek dengan subjek. Dari hubungan antara keduanya ini aksiologi memiliki berbagai macam kajian yakni; ‘nilai intelek’, yakni nilai yang ada karena sentuhan potensi rasio manusia, ‘nilai etis’ atau ‘nilai estetis’ adalah nilai yang ada karena sentuhan potensi emosi manusia.

‘nilai’ itu pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam. Pertama, nilai formal yaitu nilai yang pada dasarnya tidak ada menjadi ada karena dinuat oleh akal. Nilai berujud nilai diri seperti sebutan ‘bapak lurah’ nilai yang diberikan pada yang berhak. dan nilai turunan seperti sebutan ‘bu lurah’ bagi seoranga wanita yang menjadi istri pemangku jabatan lurah.
Kedua, nilai material, yaitu nilai yang benar- benar nyata dan dapat dialami, baik jasmani yang dapat berujud seperti nilai hidup, nilai guna, nilai nikmat. maupun rohani yang dapat berujud seperti nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi.

Begitulah, aksiologi dalam pemahamannya yang praktis tidak akan pernah terhapus dalam kajian filsafat. Meski harus diakui bahwa anak cabangnya seperti etika dan estetika lebih popular dan karenanya mendominasi kajian aksiologi.

D. Teologi
Teologi adalah cabang filsafat, yang merupakan bagian dari kajian metafisika. Teologi merupakan pemikiran filosofis tentang ketuhanan. Hala ini sesuai dengan makna dasarnya yang berasal dar dua kata, yaitu theo yang berarti tuhan dan logi yang berarti ilmu. Jadi teologi adalah ilmu yang mempelajari hal- hal yang dikaitkan dengan tuhan. Kajian teologi secara filosofis adalah pokok- pokok agama, sebagai hal yang dikaitkan dengan tuhan.

Kerangka pikir yang dipakai teologi adalah apa yang dikenal dengan eklektisasi antara agama dan filsafat; al- taufiq baina al- Diin wa al- Falsafah, yaitu pertemuan antara agama dan filsafat. Secara sosiologis terdapat dua kelompok, yaitu kelompok filsuf murni dan kelompok agamawan, namun pemikiran ini melahirkan kelompok ketiga yaitu teolog.

Filsuf murni adalah mereka yang dengan sarana akalnya mengkaji fenomena alamiah atau dikenal dengan ayat- ayat kauniyah. Dalam proses usuhanya itu mereka tidak berada pada bayang- bayang otoritas wahyu. Termasuk dalm kelompok ini adalah para ilmuwan (scientist). Sedang agamawan adalah mereka yang dengan kualifikasi tertentu mengkaji sumber ajaran agama, melaksanakan dan mengajarkan ajaran agama. Sementaraa teolog adalah mereka yang berusaha menemukan pertemuan antara agama dan filsafat.

Bagi filsuf murni, teologi hanya membuat usaha rasio manusia tidak berperan secara maksimal. Sementara menurut agamawan, teologi membuat nalar keagamaan kemasukan lebih banyak unsure dari luar. Sedangkan menurut teolog, mestinya agama itu bisa dipahami secara rasional, begitu juga rasio mestinya bias dimaksimalkan untuk memahami agama. Kalupun tidak untuk memahami agama, usaha rasiopun ada batasnya, dan batasnya itu adalah agama.

E. Kosmologi
Dalam sistematika filsafat, kosmologi merupakan bagian dari kajian metafisika. Dilihat dari kata dasarnya, kosmologi berasal dari kata kosmos yang berarti aturan, atau keseluruhan yang teratur, sebagai lawan dari chaos (kekacau- balauan). Maka sebenarnya kosmologi adalah pengetahuan filosofis tentang keteraturan alam.

Dalam dunia kosmologi, ada beberapa pendapat tentang alam, pertama, memandang bahwa alam ini adalah suatu system yang tetap. Kedua, ala mini sebagai sebuah proses. Ketiga, alam sebagaimana manusia mengetahuinya, hakikatnya adalah konstruksi rasio manusia.

Perkembangan pemikiran tentang alam jelas membuat corak kosmologi juga mengalami perkembangan. Secara umum dapat dibedakan menjadi dua; yaitu apa yang disebut dengan kosmologi metafisik dan kosmologi empirik yang memarginalkan kosmologi metafisik.

Namun dewasa ini sejarah pun mencatat bahwa ada kecenderungan dari kalangan ilmuwan untuk kembali ke kosmologi metafisika, ini terjadi lantaran penglihatan ilmuwan sendiri, atas kelemahan sains modern yang bertumpu pada paradigma Cartesian Newtonian dengan pandangan mekanistis terhadap alam. Alam dilihat hanya sebagai objek dan komponen- komponen yang terkait dengan relsi kausal dan kering sama sekali dari makna.

Keprihatinan atas hilangnya makna metafisik dalam melihat ala mini, membuat kajian kosmologi metafisik menarik sejumlah ilmuwan dan cendekiawan dari kalangan muslim, Seyyed Hossein Nasr menawarkan Kosmologi Islam sebgai paradigma baru dalam melihat alam.

Jika ada kosmologi islam bisa jadi ada kosmologi Kristen, kosmologi hindu dst. Di sini semakin jelas bahwa kosmologi bukanlah alam itu sendiri, tapi pemikiran filosofis tentang alam.

F. Antropologi
Berasal dari kata Yunani; anthropos, yang berarti manusia. Athropologi merupakan bagian dari kajian metafisika yang membicarakan soal hakikat manusia. Dari pertanyaan hakiki tentang manusia ini, telah lahir berbagai cabang ilmu, misalnya psikologi, sosiologi dengan berbagai cabangnya, ilmu biologi, kedokteran juga dengan berbagai cabangnya. Belum lagi dari sudut pandang agama, tradisi, budaya, dll. Semua ini memperlihatkan betapa problem manusia benar- benar merupakan pembicaraan yang menarik sepanjang zaman.

Dalam sejarah filasafat, pembicaraan manusia sudah dimulai sejak filsuf Socrates, lalu diikuti oleh Plato yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk jasmani yang ‘kasar’ sekaligus makhluk rohani yang dapat bertransendensi, kemudian Aristoteles, hingga pada akhirnya pendapat Aristoteles ini mempengaruhi aliran Rasionalisme dengan metode a priori yaitu kesadaran umum yang merupakan bawaan manusia. Tapi memperoleh respon dari aliran Empirisisme dengan metode a posteriori yang mengatakan bahwa hakikat manusia itu adalah kepekaan menangkap kesan. Kemudian keduanya ini didamaikan oleh Immanuel Kant yang mengakui bahwa hakikat manusia itu baik a priori (pikiran) maupun a posteriori (Inderanya).

Kajian soal manusia juga dilakukan oleh Sigmund Freud dengan Psikoanalisanya. Menurutnya, inti manusia adalah jiwanya. Dan jiwa itu terdiri dari tiga, yaitu id (nafsu yang agresif), ego (jiwa manusia yang bertugas memberi pertimbangan), super ego (semacam seperangkat kaidah atau cita- cita, yang secara bawah sadar ‘otomatis’ menunjuk bagaimana potensi itu mesti tampil).

Berbagai pendapat tentang manusia ternyata belum semuanya terungkap. Sampai hari ini, diskusi mengenai manusia juga terus berlangsung. Maka ditemukanlah teori tentang IQ (kecerdasan intelegensi) EQ (kecerdasan emosi) SQ (kecerdasan spiritual). Begitulah para filsuf membicarakan mengenai manusia.

G. Logika
logika merupakan bagian dari kajian epistemology, yaitu cabang filsafat yang membicarakan pengetahuan. Ia bias dikatakan ruh filsafat. Dalam kajian ini, pengetahuan disebut benar jika ia diperoleh melaui cara- cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan adanya kesesuaian dengan realita serta bias diterima oleh akal sehat.

Dalam proses pengetahuan, logika berperan pada posisi yang pertama, yaitu sebagai jalan atau cara yang sehat untk memperoleh pengetahuan yang benar. Dalam sejarah perkembangannya, ilmu logika mengenal dua istilah yaitu logika tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah logika yang menekankan pada anlisis bahasa, bercorak deduktif, dan secara historis memang temuan filsuf klasik. Sedang logika modern merupakan modifikasi dan revisi oleh filsuf zaman modern, bercorak induktif dan diperkaya dengan symbol matematis, meski masalah bahasa tetap tidak ditinggalkan.

Karena bagi logika, bahasa adalah symbol dari pemikiran dan apa yang dipikirkan manusia bias disimbolkan dengan bahasa. Itulah mengapa logika mempunyai kedekatan dengan ilmu bahasa. Dalam logika, orang disebut mengetahui jika ia bias mem-bahasa-kan atau menunjukkannya dengan sarana bahasa sebagai simbolnya.

Symbol minimal dari pengetahuan manusia itu adalah apa yang disebut dengan proposi (kalimat yang sempurna, yang mana kalimat itu mengandung makna benar atau salah). kriteria benar atau salah ada dua ukuran; pertama, dilihat dari ada tidaknya pertentangan dalam kalimat itu sendiri. Missal; jambu adalah sejenis buah- buahan. Kalimat ini benar, karena tidak ada pertentangan dalam kalimat itu sendiri. Lain jika dinyatakan; jambu adalah sejenis mamalia. Proposi yang demikian ini disebut proposi a priori. Disebut demikian karena benar- salahnya sudah ketahuan tanpa membuktikan di lapangan.

Ukuran kedua, dilihat dari ada- tidaknya kesesuaian dengan dengan kenyataan. Missal; keals ini bersih. Kalimat ini mengandung kebenaran jika memang kenyataannya demikian, begitu sebaliknya. Inilah yang disebut proposi a posteriori yaitu proposi yang benar- salahnya itu baru diketahui setelah membuktikan di lapangan.

Pada prakteknya, logika sebenarnya tidak hanya menggunakan sarana rasio, tetapi juga imajinasi yang mengajak kita melalang buanakan pikiran rasio kita, sampai melakukan lompatan berpikir. Bagi logika, adanya lompatan berpikir ini yang disebut ilmiah. Logika juga mengenakan metode silogisme yang terdiri dari tiga proposi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan.

Begitulah logika memang mempermudah kita dengan memberikan aturan- aturan berpikir.

H. Filsafat Ilmu
Secara umum Filasafat Ilmu dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan.

Sebagai disiplin ilmu karena filsafat ilmu juga merupakan cabang dari ilmu filsafat, maka mempelajari filsafat ilmu sama saja mempelajari secara filosofis berbagai hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan.

Sebagai landasan filosofis bagi ilmu pengetahuan, karena sepanjang sejarah perkembangan ilmu dalam struktur bangunan keilmuan tidak bias disangsikan, karena ia merupakan landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu.

Filsafat ilmu menawarkan banyak pola pikir dengan memperhatikan kondisi objek dan subjek ilmu, bahkan pola piker logika sebagai bagian didalamnya. Filsafat ilmu tidak hanya sebagai sarana (instrument) atau kerangka dalam proses penggalian ilmu, tetapi juga memberikan kerangka pada taraf pra dan post kegiatan keilmuan. Karena itulah, sebagai landasan filosofis dari ilmu pengetahuan, filsafat ilmu memberikan kerangka bagi ilmu, sekaligus menentukan corak keilmuan, bahkan konsekuensi logis dan sosiologis.

Menurut sejarahnya, pada awalnya yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah filsafat sains. Namun seiring dengan proses kelahiran ilmu- ilmu, sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu memiliki objek kajian yang cukup luas, yaitu natural science dan social science sampai yang tergolong dalam ilmu humanities, termasuk ilmu- ilmu keagamaan dan kebahasaan. Dilthey menyebutnya dengan Cultural historical science.

Sementara itu sebagai mana skema Jurgen habermas, bahwa ilmu pengetahuan itu terdiri dari; ilmu empiris analitis (ilmu alam, ilmu psikologis, ilmu hukum), ilmu historis hemeneutis (ilmu agama, filsafat, bahasa, sastra, kebudayaan), ilmu social kritis (ilmu politik, ekonomi, sosiologi), kesemuanya ini menjadi objek dari disiplin filsafat ilmu.

Dalam pandangan filsafat ilmu, proses dan hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun, sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang mendasarinya, landasan filosofis yang dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma, dan kerangka teori.

Ilmu lahir dari kerangka teori (theoretical framework), sementara kerangka teori lahir dari paradigma, begitu pula paradigm lahir dari asumsi yang mendasarinya.

Asumsi dasar proses keilmuan diidentifikasi oleh filsafat ilmu menjadi beberapa aliran pemikiran, yang meliputi; Rasionalisme, Empirisisme, Kritisisme, Intuisisme. Sementara paradigma keilmuan meliputi; positivisme, pospositivisme, konstruktifisme, dan teori kritis.

I. Etika
Etika adalah kajian filsafat yang terkait dengan persoalan nilai moral perilaku manusia. Etika merupakan bagian dari kajian aksiologi. Nilai moral adalah kualitas perilaku baik dari manusia. Dalam islam dikenal akhlaq.

Ada dua macam kajian etika, yaitu; Etika deskriptif (etika yang terlibat analitis kritis tentang sikap perilaku manusia dan apa yang ingin dicapai dalma hidup). Etika normative (berusaha menetapkan berbagai sikap dan perilaku ideal yang seharusnya dimiliki dan dijalankan manusia serta tindakan apa yang seharusnya diambil untuk menggapai sesuatu yang bernilai dalam hidup ini).

Dalam etika, perilaku manusia dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu; perilaku yang dilihat dari sudut tujuannya (teleologis). Dan perilaku yang dilihat dari sudut prosesnya (deontologis). Secara sederhana bias dikatakan, dua hal inilah yang menjadi ukuran baik-tidaknya akhlaq seseorang.

Dalam pandangan tentang etika, Plato dan pengikutnya memiliki konsep idealisme transenden (tujuan yang ingin dicapai adalah kebaikan yang hakiki, kebaikan yang ideal), ada juga yang berpendapat bahwa tujuan baik itu bukanlah tujuan ideal yang baru bias dirasakan nanti di alam sana, tetapi kesenangan yang mesti bias dirasakan sekarang ini, di dunia ini. Pemikiran ini dikenal dengan etika hedonisme.

Ada yang memahami kesenangan itu jika dicapai sesuatu yang meteriil. Ini disebut dengan hedonism materiil. Ada lagi yang memahami kesenangan jiwa itu sebagaimana dirasakan oleh jiwa. Ini disebut hedonism psikis. Bahkan ada juga yang memahami kesenangan, jika sebuah penderitaan telah dialami. Ini dasar- dasarnya ada pada pemikiran kaum stoic, maka disebut stoisisme.

Ada juga yang mengatakan, yang dimaksud tujuan yang baik itu ketika diraihnya banyak manfaat bagi kehidupan dan tidak membawa madlarat. Ini dikenal dengan utilitarisme. Filsuf yang berpaham ini adalah jeremi Bentham.

Ada yang mengatakan suatu perbuatan disebut baik jika perbuatan itu dijalankan sebagai keniscayaan objektif atas tata aturan moral yang berasal dari tuhan, itulah yang disebut etika metafisik teologis atau etika religius. Diikuti oleh al-Ghozali, Ibn Miskawaih dan filsuf dari kalangan teolog. Selanjutnya berupa tata aturan moral yang berasal dari hokum rasio, itulah yang disebut etika metafisik- rasionalis. Filsuf Christian Wolff bias dimasukkan di dalamnya.

Pendapat ini kemudian ditentang oleh para filsuf empiris, david hume berpendapat bahwa perbuatan baik tidak perlu menunggu tata aturan yang objektif, tetapi sejauh pengalaman merasakan baik, termasuk di dalamnya adalah tindakan spontan.

Immanuel Kant berusaha mempertemukan dan mencoba menelusuri bagaimana manusia bisa mengetahui hokum umum yang objektif itu. Menurutnya, itu tidak lain adalah hasil konstruksi rasio manusia. Kant memperlihatkan bahwa sumber perbuatan moral manusia yang berupa bentuk perbuatan itu tampil sebagai perintah dalam kesadaran manusia. Perintah itu tampil dalam dua cara, subjektif dan objektif.

Cara subjektif adalah aturan pokok bagi perbuatan individu, sedangkan cara objektif berupa perintah yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan.

J. Estetika
Estetika adalah bagian dari kajian filsafat yang membahas tentang nilai keindahan. Ada lima pendapat tentang nilai keindahan, yaitu; pertama, ada yang berpendapat bahwa nilai keindahan itu karena memang objek itu sendiri indah. Kedua, nilai indah itu sebenarnya ungkapan perasaan atau bersifat subjektif- psikologis. Ketiga, nilai indah itu merupakan kenikmatan yang diobjektivikasikan, tetap hanya dalam angan- angan, dikenal dengan subjektif- empiris, jika tidak dialami. Keempat, nilai indah itu adalah nilai suatu keberhasilan dari suatu proses pengalaman yang panjang dikenal dengan subjektif experience. Kelima, nilai indah itu terkait dengan pertimbangan metafisik atau teologis religius. Dikenal dengan estetika objektif metafisik atau estetika spiritualis.

Dalam kajian estetika ini, ditemukan beberapa aliran seni sebagai wujud ekspresi terhadap keindahan, yaitu; aliran naturalis (bentuk seni yang menekankan pada ekspresi alamiah). Aliran tradisional (ekspresi seni yang menekankan pada konservasi budaya dan tradisi yang bercorak spiritualis). Aliran modern (bentuk seni sebagai ekspresi keagamaan, baik aspek spiritual religius maupun tradisional salafiyah). Tidak menutup kemungkinan masih ada lagi pendapat yang lain, ini menunjukkan betapa keindahan itu merupakan persoalan yang menarik dan tidak sederhana
komentar | | Read More...
 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger